Minggu, 03 November 2013
Selasa, 08 Oktober 2013
Galenica 2013: Akhirnya, Berakhir Juga
Akhirnya, kita sampai di penghujung Galenica 2013. Ya,
serangkaian acara Ospek Fakultas Farmasi Universitas Jember 2013 berakhir.
Tangis, sedih, dan emosi menyelimuti wajah para peserta dan atmosfer kampus
kemarin. Pembukaan hari terakhir Galenica dikejutkan dengan kesalahan yang
cukup fatal yang dilakukan oleh salah seorang Maba yaitu membawa rokok dan
ponsel. Kedua benda itu ditemukan saat Komisi Disiplin menggeledah seluruh
bawaan Maba di pintu gerbang dan parahnya lagi Maba tersebut tertangkap tangan
sedang membuang rokok tersebut. Mengetahui hal tersebut Komisi Disiplin dan
Ketua Pelaksana sangat kecewa. Ditambah lagi seluruh Maba malah membela
temannya yang bersalah itu. Alhasil saat apel pagi, Komisi Disiplin kembali
memarahi para Maba. Ketua Pelaksana dan Tim Pengawas serta seluruh panitia
kecewa akan sikap Maba yang sangat ceroboh dan malah membela perbuatan temannya
yang memang salah.
Pada hari terakhir itu, para Maba diberikan waktu oleh
Tim Acara untuk bernegosiasi dengan Tim Pengawas dan Komisi Disiplin mengenai
penambahan hari Galenica yang sudah diumumkan dan diputuskan minggu lalu.
Negosiasi berjalan alot sehingga dilakukan dua sesi hari itu. Akhirnya setelah
proses negosiasi yang panjang, keputusan menambahkan waktu Galenica oleh Ketua
Pelaksana dibatalkan namun diganti dengan dua agenda di bulan November yaitu
Bersih-bersih Kampus dan Malam Keakraban.
Hari itu menjadi pelepas tegang para Maba. Alasannya?
Karena kemarin mereka tidak hanya mendapat kabar baik yaitu pembatalan
penambahan waktu Galenica, tapi juga acara yang ditunggu-tunggu dari seminggu
yang lalu yaitu Bhineka Tunggal Ika. Bhineka Tunggal Ika adalah pentas seni
dari berbagai daerah asal para Maba. Berdasarkan daerah asal, Maba dibagi
menjadi beberapa kelompok. Pertunjukan Bhineka Tunggal Ika tahun ini bisa
dibilang total karena hampir dari tiap kelompok melakukan atraksi seni secara
grup seperti menari, bernyanyi, dan memainkan alat musik yang terlihat memang
sangat dipersiapkan matang. Pada acara tersebut juga ada sesi bagi-bagi makanan
khas daerah masing-masing. Seluruh panitia dan Maba tertawa bersama-bersama.
Hari terakhir Galenica ditutup dengan bermaaf-maafan
antara Maba dengan panitia. Seluruh panitia menebarkan senyumnya kepada seluruh
mahasiswa baru sebagai bentuk ucapan selamat datang di Fakultas Farmasi. Wajah
para Maba tampak lega dan senang karena akhirnya mereka terlepas dari berbagai
tugas berat yang diberikan oleh Komisi Disiplin dan terutama terlepas dari
aktivitas padat di akhir pekan.
Selamat datang
Mahasiswa Baru 2013. Selamat datang calon farmasis generasi selanjutnya. Kami
tunggu bukti pengabdianmu pada Almamater tercinta, Universitas Jember. Bawalah
nama harum profesi dan fakultas ke seluruh jagad raya. (larasari)
Galenica 2013: Hari Kelima, Hari Air Mata
Tak terasa Galenica sudah sampai di hari kelima. Di
Galenica hari kelima yaitu tanggal 29 September, para Mahasiswa Baru dikejutkan
oleh pengumuman yang disampaikan langsung oleh Ketua Pelaksana Galenica tahun
ini yaitu, Chairul Umam saat apel pagi. Umam mengumumkan bahwa pelaksanaan
Galenica akan ditambah tiga hari lagi karena minggu sebelumnya terdapat 26
orang peserta yang tidak masuk. Jumlah ini menjadi rekor dari sepanjang
Galenica berlangsung sejak awal berdirinya Fakultas Farmasi. Keputusan itu disampaikan
Umam berdasarkan persetujuan Tim Pengawas dan Komisi Disiplin. Pengumuman
tersebut membuat seluruh Maba (Mahasiswa Baru) menjadi sangat emosional. Ada
yang menangis, tertunduk sedih, dan ada pula yang bereaksi biasa saja. Maba
yang menangis kebanyakan karena mereka sudah membeli tiket untuk libur Idul
Adha minggu depan. Dengan bertambahnya hari pelaksanaan Galenica artinya mereka
harus menunda liburnya dan bertemu keluarganya merayakan Idul Adha. Hari itu
pun dilalui oleh sebagian besar Maba dengan perasaan gundah dan tidak semangat
mendengarkan materi di kelas.
Di hari itu juga, Maba tidak hanya mendapatkan kejutan
dari Ketua Pelaksana namun mendapat kejutan juga dari Tim Pendamping yaitu
mahkota tidur. Mahkota tidur akan diberikan kepada Maba yang tertidur saat
mendengarkan materi di kelas. Alasan diberikannya mahkota tidur ini agar Maba
mendapat efek jera dan merasa malu kepada teman-teman serta panitia karena di
cap sebagai tukang tidur.
Namun, saat materi perkenalan dari MPM (Majelis
Permusyawaratan Mahasiswa) para Maba dikelas mulai bersemangat dan menegangkan
matanya karena dalam acara tersebut MPM membuka sesi aspirasi dimana para Maba
dipersilahkan mencurahkann isi hatinya mengenai Galenica. Para Maba menggunakan
kesempatan itu untuk menyampaikan keluh kesahnya atas sistem penugasan yang
diberi Komisi Disiplin dan keputusan diadakannya waktu tambahan Galenica. Hari
kelima Galenica berakhir dengan acara motivasi yang disampaikan oleh Ustadz Novan. (larasari)
Jumat, 20 September 2013
GALENICA 2013 - Minggu Pertama
Tahun ajaran baru di kampus Universitas Jember selalu diawalai dengan kegiatan
Pembinaan Pengembangan Mahasiswa Baru ( P2MABA) termasuk fakultas tercinta kita,
“Farmasi”. Kegiatan ini disebut GALENICA, yang
berarti nama suatu sediaan yang berupa simplisia yang belum diproses , sama hal
nya dengan para mahasiswa yang baru saja
menyandang gelar calon “Pharmasist”.
Kegiatan
ini merupakan kegitan tahunan yang selalu ada di program kerja BEM yang
dilaksanakan pada bulan pertama keaktifan masa kuliah di semester ganjil pada
hari-hari weekend. Berbeda dari
tahun-tahun sebelumnya dimana galenica diadakan selama empat hari di
akhir pekan selama dua minggu berturut-turut, acara yang diketuai oleh Choirul Umam ini, mahasiswa fakultas
Farmasi Universitas jember angkatan 2012, berlangsung enam hari selama empat
minggu. Tahun ini acara Galenica diselenggarakan tanggal 14, 15, 21, 22, 29
September dan 5 Oktober 2013.
Kegiatan
ini dimulai pukul 06.00 dan berakhir pukul 15.30. Setiap harinya, galenica diawali dengan pemeriksaan
tiket masuk, dimana tiket masuk untuk setiap harinya selalu berbeda.
Selanjutnya dilakukan apel pagi yang diisi oleh kakak-kakak dari Komisi
Disiplin dan sarapan pagi di lapangan kampus fakultas Farmasi Universitas
Jember, dan setelah itu dilanjutkan dengan penyampaian beberapa materi oleh
beberapa pemateri internal yang berasal dari fakultas Farmasi sendiri.
Penyampaian materi dilaksanakan di Ruang Kuliah 3 fakultas Farmasi.
Acara
Galenica dibuka dengan upacara apel pagi yang dipimpin oleh pembina apel, Alief
Rizky, selaku Presiden BEM fakultas Farmasi Universitas Jember yang
dilaksanakan pada Galenica hari pertama. Pada hari pertama ini banyak mahasiwa
baru yang datang terlambat.
Pada
hari kedua acara galenica diawali dengan apel pagi pukul 06.00 di lapangan
fakultas Farmasi. Setelah itu dilanjutkan dengan sarapan dan penyampain materi
seperti pada Galenica hari sebelumnya. Acara yang disampaikan pada hari kedua
ini adalah Pengenalan BEM dan ISMAFARSI, Pengenalan JMKI, Pengenalan Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM), dan Kiat Sukses Studi dan Berorganisasi.
Runner-Up Lomba Cerpen Lingkar Kategori Pelajar
RENTA
Nama :
Neesrina Mafaza Suroyya
TTL :
Jember, 1 Maret 1998
Alamat : Jl. Dr. Wahidin SH no. 18 Balung Jember
Instansi : SMAN 1 Jember
No. Hp : 085790538xxx
Berbicara tentang renta, aku ini renta. Tua, lemah, dan peyot. Aku
tak punya keluarga, dan tak mungkin punya keluarga. Walau tak punya keluarga
aku tak sendiriran, Aku selalu ditemani seorang kawan yang lebih renta dariku.
Lebih tua dan lebih lemah. Bersama kawanku aku menempuh jarak yang jauh, mencari
sesuap nasi untuk menyambung hidup. Agar dia terus hidup, agar dia tidak sakit,
agar dia selalu ada untukku, menemaniku. Bersyukur memiliki seorang kawan
sepertinya. Dia selalu merawatku, membersihkanku setiap pagi.
Dibalik semangatnya dan kebaikannya dia menyimpan sejumlah
kepedihan. Suaminya meninggal, anak satu-satunya pergi merantau tak pernah
kembali. Dia sendirian dan sangat kesepian. Setiap malam dia selalu menangis
dan meratap,” Anakku pulanglah, ibu rindu”. “Jangan menangis kawan aku selalu ada
disini bersamamu,” aku berkata padanya. Sayang dia tak akan bisa mendengar apa
yang aku katakan. Andai aku punya tangan ingin sekali aku menghapus air matanya
itu. Tak tega melihat wanita berhati lembut sepertinya menangis.
*****
Di bawah sinar mentari yang terik dia menjajakan dagangannya
bersamaku, sepeda tua yang peyot. Tapi dia tak menampakan raut muka yang lelah.
Dia selalu tersenyum di setiap rumah pelanggan. Walau tak menampakkannya, aku
tahu sebenarnya dia sudah sangat lelah. Terlihat dari kaki tuanya yang sedang
mengayuh sepedaku. Tak tega rasanya melihat kaki tua itu.
Kami beristirahat di sebuah pohon besar di pinggir jalan raya.
“Kita berteduh dulu ya,”katanya sambil tersenyum padaku. Orang mungkin akan
menganggapnya gila karena dia berbicara dengan sebuah sepeda tua. Tapi dia tak
gila. Dia hanya kesepian, tak tahulah keluarganya dimana. Hanya akulah yang
menemaninya, tempatnya berbagi suka dan duka.
Tiba-tiba ada dua orang preman mendekati kami. Mereka merampasku
dari kawanku. Aku ingin meronta tapi tak bisa, aku hanya benda mati. Kawanku
berusaha merebutku dari mereka. Dia menyerahkan semua kerja keras kami hari ini
demi mendapatkanku kembali. Betapa baiknya wanita ini. Dia menyerahkan uangnya yang
dia gunakan untuk menyambung hidup demi aku.
Kedua preman itu pergi. Dia tampak bahagia karena preman itu tak
jadi membawaku. “Sekarang kita mencari uang lagi ya, uang kita habis”, dia
berkata padaku seolah hendak menyemangatiku.
Kalian pasti bertanya-tanya mengapa dia sangat baik padaku, bahkan
rela menyerahkan semua uangnya hari ini agar aku tak dibawa preman. Aku adalah
sepeda tua peninggalan suaminya. Mungkin karena itulah aku sangat berharga
baginya.
Dia kembali menjajakan dagangannya. Kali ini dia menjajakan
dagangannya lebih lama daripada hari biasanya. Walau dia berjualan lebih lama
fari hari biasanya tapi hasil yang dia dapat sangat sedikit. Dagangannya hanya
laku 2.
Tiba-tiba ditengah perjalanan ban ku bocor. Dia mencari-cari tempat
tambal ban yang masih buka. Sayang nampaknya hari sudah sangat larut, jadi dia
tidak menemukan tempat tambal ban yang masih buka. Maka diapun menuntunku
hingga rumah. Tampak raut muka yang sangat lelah dari wajahnya. Kasihan sekali
wanita berhati mulia ini. Terima kasih tuhan, akku dirawat oleh wanita yang
berhati mulia, wanita yang selalu baik pada siapa saja. Bahkan kepada sepeda
tua sepertiku.
Karena aku, malam ini dia hanya makan singkong. Uang untuk membeli
nasi kurang karena siang tadi dia telah menyerahkan semua uang yang dia miliki
telah dirampas preman.
*****
Semakin hari dia tampak semakin kurus. Tampaknya dia sedang
mengalami gangguan kesehatan, dia sedang sakit batuk. Karena orang miskin dia
hanya minum obat di warung.
Setiap hari batuknya semakin parah. Dia tau itu bukan batuk biasa,
dan akupun mengetahuinya. Dia harus berobat ke dokter agar sembuh. Tapi, dia
tak punya cukup uang untuk ke dokter. Dia hanya minum obat warung. Tuhan
seandainya aku manusia, aku akan membantu wanita mulia yang malang ini. Aku
akan membawanya ke dokter memberinya makanan bergizi dan tempat yang layak.
Sayang aku hanya sepeda tua, yang sama lemahnya sepertinya dan sama tak
berdayanya.
Walau sakit dia tetap
bekerja, dia tetap bersemangat. Bangun pagi-pagi buta, membersihkanku, dan
menyiapkan dagangannya. Sebenarnya keadaannya sangat lemah hari ini. Tapi, dia
tak menampakkannya. Bahkan tetangganya pun tak ada yang tahu dia sedang sakit
keras. Dia selalu berkata bahwa dia hanya batuk biasa. Dia berusaha sebisa
mungkin menutupi keadaannya yang sedang sangat tidak sehat. Dia tak ingin
menyusahkan siapapun.
Dia wanita yang sangat kuat. Bahkan dia tetap tampak sangat tegar
dikeadaan seperti ini.
*****
Keadaan sangat tak baik malam ini. Batuknya sudah benar-benar
sangat parah. Dari dinding gubuknya aku dapat melihat dia sangat menderita. Dia
tereus-menerus batuk. Hingga pada puncaknya aku melihat dia mengeluarkan darah
dari mulutnya. Setelah itu dia terbaring di dipannya yang terbuat dari bambu.
Karena melihatnya tertidur, aku mengira dia telah baik-baik saja. Aku tak
mengira bahwa itulah tanda bahwa akhir hidupnya sudah sangat dekat.
*****
Keanehan terjadi hari ini, dia tak bangun dari tidurnya. Tidak
biasanya, bukankah biasanya jam segini dia sudah siap untuk menyongsong
rezekinya. Bukankah biasanya dia sedang membersihkanku. Mengapa dia masih
tertidur lelap di dipan bambunya. Pertanyaan-pertanyaan muncul di benakku.
Mungkin itu efek dari obat yang dia minum semalam. Aku berharap semoga dia
baik-baik saja.
Keanehan yang lain juga tampak lagi. Saat hari menjelang siang dia
masih tertidur,dan banyak sekali tetangganya yang datang ke gubuk reyot
miliknya. Oleh tetangganya lalu dia ditutupi kain putih. Dan tampak anaknya
menangis disampingnya. Mengapa anaknya datang kesini. Mengapa dia sekarang
dibungkus kain putih. Mungkinkah dia telah pergi. Tidak, dia tidak boleh pergi.
Siapa yang akan merawatku sekarang. Siapa yang akan mengayuh pedalku.
“Kawan jangan pergi, jangan tinggalkan aku”, aku berteriak padanya.
Aku menangis, tapi tak ada seorangpun yang dapat mendengarku.
Sepeninggalnya, aku sendirian di gubuk tua ini. Tak ada lagi yang
menggunakan maupun merawatku. Seiring berjalannya waktu, diriku tampak semakin
tua, semakin tak terawat. Badanku semakin berkarat, bahkan berlubang. Pedalku
lepas dari badanku. Banku berlubang. Seluruh tubuhku tertutupi oleh debu yang
cukup tebal.
Pada suatu hari tiba-tiba ada seseorang masuk ke gubuk milik
kawanku yang telah lama tiada ini. Apakah itu pencuri. Aku sangat takut sekali.
Ternyata anak kawanku yang datang. Tampaknya, dia memiliki hati
yang baik seperti ibunya. Mungkin dia datang kesini untuk mengambilku, untuk
merawatku.
Ternyata benar dia datang untuk mengambilku. Terima kasih tuhan.
Pasti ibunya sangata bangga memiliki anak sebaik ini.
Dia membawaku pergi ke suatu tempat yang tak aku kenal. Tempat apa
ini, mengapa banyak sampah berserakan. “Jual-Beli Besi Tua”?? Mengapa dia
membawaku ke sini. Mengapa ada pria yang membawa gergaji. Mengapa pria ini
mendekatiku.
Jangan dekati aku, Jangan potong aku. Aku tak ingin berakhir
seperti ini. JANGAN!!!
Runner-Up Lomba Cerpen Lingkar Kategori Mahasiswa
KAYUHAN KAKI SI
MBAH
Oleh:
Nama : Annisa Nurul Pratiwi Sudarmadi
Alamat : Jl.
Tawang Mangu 6A Pelinggian Antirogo
No. Tlp : 085258720xxx
Twitter : https://twitter.com/iichach
“Kamu nggak punya ayah?” aku mengangguk. “Aku punya-nya ya cuma si Mbah.” Dari kecil pertanyaan itu
selalu melintas di kepalaku. Kenapa orang-orang selalu melihatku dengan tatapan
iba, itu juga selalu mengganggu pikiranku. Entah kenapa, Si Mbah cuma mengelus
kepalaku pelan. “Le, temenin Simbah bikin layangan yuk.” Akhirnya pertanyaanku
hilang terbawa angin. Si Mbah memang hebat, sekali Si Mbah mengajakku melakukan
sesuatu hal yang mengasyikkan, aku pun cepat terlena dibuatnya.
Si Mbah. Itulah panggilan orang-orang di Ledokombo
Kulon pada Mbahku. Otomatis, aku juga memanggilnya begitu. Perawakannya yang
tegap membuat orang mengira Si Mbah adalah mantan gerilya perang. Tapi Si Mbah
hanya terkekeh-kekeh menanggapinya. Ia tertawa melihatkan gigi-gigi dan rahangnya
yang masih nampak kuat dan menampiknya pelan, “Lho kalau Simbah gerilya, Simbah
pasti takut duluan. Serem!” Simbah memang pintar berkelakar.
Si Mbah juga senang sekali berkebun, kebunnya yang
sering Si Mbah bilang, “Kebun Si Mbah sak’ipretle.
Tapi kalau kamu sudah gedhe, belikan buat Si Mbah ya!” Si Mbah menepuk
punggungku pelan. Aku Cuma termangu dan kembali bermain. Beli Kebun? Pakai apa?
Si Mbah biasa menyeruput kopi buatan Mak’e di kebun.
Ia sering menimang buah yang ia unduh sendiri dan menjualnya ke kota. Yang aku
tahu, Si Mbah pulang dan membawa uang walaupun biasanya cuma beberapa lembar
berwarna kuning, tapi Si Mbah malah mengajakku membeli buku di terminal. “Le,
ini buat beli buku ya. Belajar membaca itu penting. Nanti Si Mbah panggilin Mbak
Nur buat ngajarin kamu.” Aku mengangguk-angguk kegirangan melihat Si Mbah
membelikanku buku bacaan.
Ya, Mbak Nur adalah sosok kedua yang sempat mengisi
hari hariku di waktu kecil. “Sap, kamu ngerti ini nggak?” Ia menunjuk-nunjuk
bilangan dan angka-angka di buku yang ia
bawa. Aku mengangguk. “Ngerti mbak, ini ditambah ini sama dengan ini... tapi
darimana?” Alhasil Mbak Nur menepuk jidatnya pelan. “Gini...” Mbak Nur
mengulanginya dari awal. Semakin aku
beranjak besar, Mbak Nur makin jarang pulang. Kata Si Mbah, Mbak Nur lagi
kuliah mau jadi perawat. Nanti kalau sudah lulus, Mbak Nur pasti kembali lagi.
Seiring dengan berjalannya waktu, kebun Si Mbah
semakin semarak dengan bermacam-macam
buah. Si Mbah sekarang juga aktif di setiap kegiatan desa. Si Mbah tetap sama
seperti Si Mbah yang dulu, namun Si Mbah jadi lebih sering tadarus di masjid.
Si Mbah semakin aktif menanam sampai aku masuk ke jenjang SMP di daerah
Kalisat. Sampai aku umur belasan, masih ada saja tetanggaku yang usil bertanya,
kapan ayahku kembali. Namun, aku masih saja belum bisa menjawabnya. Banyak yang
bilang, Ayahku kabur karena Ibuku meninggal ketika melahirkanku. Ayahku
depresi. Tapi ada juga yang bilang, Ayahku sudah hilang menjadi buruh di
Malaysia. Dengan tidak ada kabar begitu, aku bisa menyimpulkan sendiri bahwa
Ayahku benar benar sudah melupakanku. Intinya, sekarang aku cuma punya Si Mbah
dan Mak’e.
“Le, gimana
sekolahnya?” Tak seperti dulu, aku melengos dan menutup pintu keras. Biasanya
waktu kecil, Si Mbah sering merayuku dengan mainan. Kalau sudah begini aku
pasti luluh. Tapi pertanyaan orang-orang yang dulu sempat dilontarkan padaku,
kembali lagi. “Kemana ayahku pergi?”
Aku tahu, Si Mbah bukanlah orang yang suka
berbohong. Biasanya Si Mbah langsung menekan nekan jempolnya bila ragu. Aku
tahu kebiasaan Si Mbah dari dulu. Begitu Si Mbah hanya tersenyum tipis, aku
mengerti bahwa Ayah mungkin sudah tiada. Namun, senyum Si Mbah tidak menjawab
pertanyaanku. Aku menelengkan kepalaku, menjerembabkan tubuhku diatas dipan
reot kesayanganku. Entah kali ini rasanya aku lelah sekali memikirkan
pertanyaan tetanggaku yang cerewet itu...
***
Menjelang kelulusan sekolahku, Si Mbah sudah
menyiapkan batik pasangan Si Mbah dan Mak’e. Mak’e terlihat cantik berbalut
kebaya ungu dan Si Mbah tetap terlihat tampan diantara pasangan orang tua
teman-temanku. Kata Si Mbah, aku sudah membuatnya bangga dengan menjadi juara
kelas. Namun, semua penghargaanku tak membuatku senang. Ketika orang-orang di
sekitarku dipeluk cium oleh ibu-bapaknya, sedangkan kepalaku hanya dielus Si
Mbah. Kali ini aku harus menyiapkan nyali untuk bertanya, Kemana ayahku pergi
pada Si Mbah.
“Mbah.. Ayah itu kemana? Safe’i sudah siap mbah. Si
Mbah tinggal bilang ayah kemana, kok susah tho Mbah...” Akhirnya hari itu Si
Mbah menatap mataku benar-benar. Si Mbah menceritakan semua yang telah terjadi
sebelum aku sempat lahir. “Le.. Intinya Ayahmu pergi buat kamu. Kamu ada karena
Ayahmu kan? Si Mbah sudah cukup lelah menunggu anak Mbah yang satu itu. Kamu
nggak perlu mikirin itu le, Biar Si Mbah aja.” Semua itu terasa bagaikan
flashback, Mak’e datang membawa singkong goreng dan memberikanku teh hangat.
Aku tertegun. Ayahku benar-benar melukai Si Mbah. Apakah aku harus tetap
menunggunya dan melukai Si Mbahku? Sepertinya, Aku harus melupakan Ayahku, Demi
Si Mbah.
***
Awal SMA, aku semakin terpuruk. Aku lebih sering
main game online di dekat sekolahku bahkan aku sudah berani mencoba merokok di
toilet sekolah. Si Mbah pernah menanyakanku apakah aku sudah merokok. Aku
menggelengkan kepalaku berkali-kali namun bau rokok masih menempel di bajuku.
Sebersit rasa takutku akan cambuk Si Mbah yang siap menjilat kakiku dan menanggalkan
noda merah. Tapi nyatanya, Si Mbah malah menepuk punggungku dan kemabali
mengajukan pertanyaan, “Gimana sekolahnya, le?”
Si Mbah, di masa tuanya, lebih sering berkelana
mencari bibit-bibit buah baru di daerah
kota. Sepulangnya Si Mbah langsung menanamnya di kebun. Setiap hari begitu, dan
berturut turut. Sampai – sampai Si Mbah luput mengetahui Mak’e yang sering
batuk – batuk di dapur. Aku menuntun Mak’e ke tempat duduknya di ruang tamu.
“Mak, Fe’i panggil Mbak Nur ya. Tuh Mbak Nur sudah pulang dari Jember.” Mak’e
hanya mengangguk lemah dan kembali meminum air putih yang aku ambil. “Sap, ini
Mak’e.. Sakit. Coba dibawa ke puskesmas,
Mbak Nur nanti yang temani.” Mbak Nur mengisyaratkanku memberi tahu Si Mbah. Tidak
seperti biasanyanya, Si Mbah terlihat tergesa-gesa dan langsung berangkat ke
puskesmas. Nampaknya Si Mbah mengkhawatirkan Mak’e.
Puskesmas Ledokombo terlihat ramai hari itu. Mak’e
dilayani seorang perawat yang ramah ketika aku mendaftarkan Mak’e ke lobby. Aku
menunggu di luar dan Mbak Nur masuk untuk menemani Mak’e di dalam bersama
dokter jaga. Aku melihat wajah keruh Mbak Nur setelah keluar dari kamar jaga.
Dengan suara pelan, ia menerangkan penyakit Mak’e padaku. “Mak’e kena TBC Sap.
Belum telat juga, tapi tubuhnya Mak’e sudah drop. Alhamdulilah, Mbak Nur kenal
sama apotekernya, dia kasih obat generic sama Mak’e. Nanti kalau kesini lagi,
bilang aja, kamu ponakannya Mbak Nur. Biar Mbak Nur yang beresin
administrasinya. Kamu bilang ke Si Mbah, kalau Mak’ e sakit batuk.” Aku hanya
mengangguk dan sedetik kemudian bertanya, “Mak’e bakalan sembuh kan Mbak?” Pada
saat itu aku melihat keraguan yang besar di wajah Mbak Nur, tapi ia
meyakinkanku, dengan menggenggam tanganku erat. “Iya, Sap. Tenang aja, dokter
sekarang pinter-pinter kok. Obat juga banyak.” Aku seakan diberikan sedikit
kekuatan untuk menyampaikan semuanya ke Si Mbah.
Semenjak itu, Si Mbah lebih sering bolak balik ke kota
untuk jualan buah. Aku memandangi kakinya yang kusam dan bajunya yang bertabur
peluh tiap senja Si Mbah sampai ke rumah. Aku hanya bisa membuang semua
perasaanku dengan membeli selinting rokok di warung dan mengisapnya pelan di
kebun. Aku bingung harus melakukan apa untuk Mak’e. Sungguh aku mengkhawatirkan
suara batuknya yang semakin lama semakin sering, rintihannya memanggilku untuk
mengisikan air hangat di gelas minumnya, dan hembusan nafasnya yang semakin
berat. Aku tidak cukup kuat untuk menahan perasaan ingin membantu. Aku rasa,
ini perasaan yang sama ketika aku ingin bertanya pada Si Mbah kemana ayah
pergi. Aku bingung dan hilang arah.
***
Hari itu aku lelah untuk kembali ke rumah. Aku
menendang-nendang kerikil di depanku, dan merogoh sakuku. Uangku sudah habis,
dan teman-temanku sudah pergi. Aku tidak bisa meminjam uang mereka lagi karena
hutangku pada mereka pun terlalu banyak. Namun, kebanyakan dari mereka tidak
complain, apabila aku meminjam uang rokok pada mereka. Yah, mungkin karena
mereka juga butuh rokok, dan malas untuk keluar membelinya. Mulutku makin
terasa janggal. Aku butuh rokok sekarang!
Sesampainya di warung, aku tertegun. Si Mbah disana!
Sedang apa? Nampaknya Si Mbah sedang menawarkan dagangan ke penjaga warung. Pak
Parto, penjaga warung yang sudah akrab padaku sedang menawar pada Si Mbah.
“Simbahnya Sapi’i ya? Mbah iki piroan mbah?” Pak Parto menunjuk pisang mborlin.
“Lha, biasane piroan to le.” Si Mbah memarkirkan sepeda tuanya ke pojok warung.
Ups, hampir saja aku ketahuan kalau aku dibelakang tembok. “Wis mbah, sampeyan opo nggak capektho muter-muter Jember, Kalisat
Ledokombo Cuma jualan ginian. Sini wes tak beli ae semua ya. Tak kasih rokok
juga wes!” Si Mbah terkekeh-kekeh. “Le, kayak baru kenalan sama Simbah aja.
Ditambahi kue aja, Si Mbah sudah lama nggak ngerokok. Buat Mak’e sama Safe’i di
rumah.” Pak Parto jadi membalasnya dengan senyum. “Safe’i sudah lama nggak
kesini Mbah. Dia kayaknya sudah berhenti ngerokok, Yo aku melu seneng, tapi daganganku iki nggak laku-lakue Mbah.” Pak Parto nyengir nyeleneh. Si Mbah mengambil kue
dari Pak Parto dan menjawab, “Yo, tak dungakno ndangan laku kabeh. Laris manis!
Tapi bukan Safe’i yang beli, wis aku tak
mulih sek to. Assalamualaikum!” Pak Parto melambai ke arah Si Mbah dan
kembali menata dagangannya. Aku melihat kayuhan kaki Si Mbah semakin lama
semakin cepat dan semakin jauh dari mataku.
***
Aku menangis setelahnya. Air mataku berjatuhan. Si
Mbah masih tetap seperti dulu, bahkan lebih baik dari dulu. Aku menyesal sempat
meragukan Si Mbah. Aku harus berubah, berubah total. Aku yakin, ini saat dimana
aku bisa membantu Si Mbah dan Mak’e.
Teman Teman yang dulu sering di sekitarku, lama-lama
menjauhiku. Mereka menganggapku tidak sama seperti yang dulu. Aku lebih sering shalat
di mushala, aku lebih rajin ke perpustakaan dan bertanya pada guru. Ulangan-ulanganku
lama-lama membaik dan Aku bisa meraih peringkatku kembali. Aku kembali menjadi
anak kesayangan guru. Awalnya, guru-guruku juga bertanya-tanya kenapa aku bisa
berubah pikiran. Tapi semua pertanyaan aku kembalikan pada mereka diri mereka
semua. Aku tidak harus menjawab pertanyaan mereka, bukan? Aku harus membalas,
kayuhan kaki Si Mbah dengan segala upaya yang bisa aku lakukan. Demi Si Mbah,
dan Mak’e semua bisa terjadi!
***
Kayuhan kaki Si Mbahlah yang membuatku bisa
bersekolah. Kayuhannya yang pelan namun pasti mengantarkanku ke hari ini,
dimana Kepala Sekolah memberikanku ijazah di atas panggung dengan predikat terbaik.
Seperti biasa, Si Mbah datang dengan Batik Sumberjambe kebanggaannya dan Mak’e
mendampinginya, walaupun aku tahu, Mak’e belum boleh terkena angin. Si Mbah
datang menghampiriku dan mengelus kepalaku pelan. Hatiku meluruh pilu, kenapa
aku baru sadar untuk membalas kayuhan kakinya yang sendu. Si Mbah yang pilu
ditinggal anak laki-laki satu-satunya memperjuangkan pendidikan cucunya yang
sempat kabur dari elusan tangannya. Aku bersyukur, Si Mbah dan Mak’e masih ada
mendampingiku dalam perjalananku yang saat ini belum tuntas.
Aku sudah siap ketika Si Mbah akan bilang, aku tidak
bisa meneruskan kuliah. Tapi tidak seperti yang kuprediksikan, Si Mbah malah
berkata, “Le, Si Mbah sudah menawarkan tanah kebun belakang pada pak lurah
Ledokombo. Kamu tenang saja, kamu ingin jadi apa? Insyinyur? Dokter? Perawat
kayak Mbak Nur? Atau Arsitek? Nanti Si Mbah yang usahakan.” Aku menangis
tersedu-sedu. Si Mbah memang tidak berubah, Beliau tetap berusaha
membahagiakanku walaupun aku tahu, harta Si Mbah dari dulu kan cuma kebunnya
yang rindang. Aku memandang Si Mbah dalam-dalam. “Mbah, Safe’i sudah mengajukan
diri mendaftar di STIS. Mbah ndak perlu mbayar, ndak perlu menjual kebun.
Safe’i Cuma perlu doa Si Mbah buat memperlancar semuanya. Si Mbah tahu kan
Safe’i pintar matematika? Nah..” Aku mulai menjelaskan apa itu STIS, dan biaya
pendaftaranpun sudah dibayar oleh Kepala Sekolah. Aku juga bilang, Si Mbah
tidak perlu memberiku uang saku, karena sudah ada Tunjangan Ikatan Dinas. Si
Mbah hanya perlu memberiku doa. Ya, Aku sudah siap membalas semua kayuhan kaki
Si Mbah dari aku lahir sampai detik ini. Alhamdulilah, seluruh berkasku sudah
siap dan administrasi sudah beres. Aku juga sudah mempersiapkan semua dan
menata mentalku menghadapi hari H. Ujian Tahap satu aku lewati dengan mudah,
Matematika adalah ujung tombakku menghadapi semuanya. Aku hanya kesulitan
dengan Bahasa Inggris. Ujian kedua dan ketiga aku giring dengan doa Si Mbah dan
Mak’e. Juga tak lupa dengan sujudku tiap malam.
Dadaku bergetar. Hari ini tanggal 19 Juli 2013, aku
meluruh dengan bumi. Kupanjatkan syukurku dan ku bersujud padanya. Aku
diterima, Ya Rab. Akhirnya aku bisa membahagiakan Si Mbah! Aku sedikit
kebingungan setelah menerima pengumuman, darimana aku mendapat uang sebanyak
dua juta lebih untuk awal masuk? Apa aku harus berkerja magang? Tapi Allah Maha
Tahu. Si Mbah yang awalnya sudah bertekad kuat menjual kebunnya tapi malahan di
tawarkan pinjaman tanpa batas oleh pak lurah. Pak lurah tersenyum mendengar
ceritaku, Beliau menepuk punggungku dan berkata, “Sukses, nak! Ledokombo Kulon
mendukungmu.” Aku diantar ke Jakarta dengan Pak lurah dan Si Mbah. Berkali-kali
aku mengucap syukur. Inilah awalku, untuk membalas semua kayuhan Si Mbah yang
sempat aku sia-siakan.
***
Kali ini aku menelpon Si Mbah dan memberitahunya
bahwa aku akan kembali untuk menikmati liburku sehabis magang di Kabupaten
Lumajang. Alhamdulilah aku sudah lama diberikan penempatan karena aku termasuk
20 besar di jurusanku. Aku sudah berhasil membiayai Mak’e beberapa tahun ini.
Simbah juga sudah melebarkan kebunnya ke segala arah dengan bantuanku. Aku
benar benar ingin membayar semua kayuhan kaki Si Mbah, kalau bisa harus seratus
kali lebih banyak. Kali ini aku membawa kabar gembira lagi untuknya. Ah aku tidak
sabar untuk bertemu Si Mbah.
***
Ternyata Si Mbah sudah berubah, Badannya sudah
bertambah tua. Namun urat wajahnya masih seperti dulu. Si Mbah yang sama, makin
agamis dan menyayangiku. Mak’e juga semakin sehat. Aku juga tidak bisa
melupakan jasa Pak Lurah. Beliau tetap bersahaja seperti dulu. Aku benar benar
membuat Si Mbah kaget dengan melihatku membawa foto anak laki-lakinya yang dulu
sempat tidak ada kabar, Ya betul, Aku sudah diterima S2 di Malaysia, dan sempat
berkenalan dengan TKI asal Indonesia. Dengan berbekal nama dan foto yang usang,
Aku berhasil menemukan Ayahku disana. Ternyata beliau tidak pernah melupakanku.
Beliau hanya lupa waktu dengan kerjanya. Ayahku berhasil menjadi mandor selama
itu, dan sudah mempunyai tempat tinggal tetap disana. Ah, Aku lupa. Si Mbah, kayuhan
kakimu, membuat aku, tidak.. bukan. Membuat kita sampai ke detik ini.
Alhamdulilah, Terimakasih Si Mbah.
Rabu, 04 September 2013
POLYMER. Apa sih??
Beberapa hari lalu, BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa)
fakultas Farmasi UNEJ mengadakan acara baru, acara yang belum pernah diadakan
sebelumnya. Yap, Olimpiade Farmasi. Mungkin banyak yang tidak tahu karena acara
memang diadakan saat hari libur. Polymer atau Pharmaceutical
Olympiad of Jember University merupakan kegiatan olimpiade
farmasi se Eks-karisidenan Besuki, Lumajang, dan Probolinggo yang
diselenggarakan oleh Badan Ekskutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Farmasi
Universitas Jember. Tujuan olimpiade ini adalah untuk berpartisipasi
dalam hal meningkatkan intelektualitas bangsa khususnya bagi siswa/siswi
SMA/SMK sederajat, memperkenalkan dunia kefarmasian, serta mengembangkan hard skill dan soft
skill siswa Sekolah Menengah
Atas/sederajat.
Tahun ini merupakan tahun pertama diadakannya
olimpiade farmasi oleh fakultas Farmasi Universitas Jember. Kegiatan olimpiade
yang bertemakan Brand New and Breakthrough of Jember University ini
sukses dilaksanakan pada hari Minggu, 1 September 2013 bertempat di fakultas
Farmasi Universitas Jember dan diikuti oleh 135 perserta yang tergabung dalam
45 tim. Mungkin banyak dari teman mahasiswa yang tidak tahu karena acara memang
tidak dipublikasi kepada mahasiswa. Untuk lebih meriah, sekedar saran nih
mungkin bisa dipublikasi kepada mahasiswa, biar ga keliatan "krik"
kalo katanya nyebutin sepi hihi. Oke lanjut....
Olimpiade ini terbagi menjadi tiga babak. Babak pertama
merupakan babak penyisihan dimana peserta diberi soal sebanyak seratus, sepuluh
soal diantaranya adalah pengetahuan tentang dasar-dasar farmasi dan sisanya
merupakan pengetahuan IPA tingkat SMA. Dimana yang bertindak sebagai juri dari
olimpiade ini adalah dosen dari fakultas Farmasi Universitas Jember, yaitu ibu
Evi Umayah Ulfa dan ibu Yuni Retnaningtyas. Dari babak pertama didapat
sepuluh peserta terbaik yang akan melaju ke babak selanjutnya untuk memperebutkan
posisi lima besar di babak final. Pada final, SMA Negeri 1 Jember berhasil
menjadi juara babak pertama. Sekedar info, semua peserta mendapat sertifikat
tapi peserta yang lolos 5 besar mendapat 2 sertifikat, selain sebagai peserta
juga sebagai champion.
Menurut ketua panitia acara Polymer 2013, Yora
Utami, suksesnya acara ini tidak lepas dari kendala-kendala yang ada, seperti
terbatasnya korelasi dengan Sekolah Menengah Atas dan sederajat karena ini
merupakan acara olimpiade pertama bagi fakultas Farmasi Universitas Jember.
“Tapi kendala tersebut dapat diatasi dengan baik berkat kerjasama panitia
pelaksana sehingga Alhamdulilah mampu menarik peserta dari
setiap daerah di Eks-karisedenan Besuki, Lumajang, dan Probolinggo”, tambah
Yora. Yora juga menambahkan bahwa sebenarnya olimpiade ini ingin dilaksanakan
se-Jawa Timur, namun karena terbatasnya waktu promosi, acara ini dilaksanakan
se-ekskarisidenan Besuki, Lumajang, dan Probolinggo saja. Suksesnya acara ini
memberi gebrakan baru bagi fakultas Farmasi Unversitas Jember untuk lebih
melebarkan sayapnya di tingkat Jawa Timur atau bahkan tingkat nasional di tahun
depan.
Selamat bagi para pemenang, semoga ilmu, pengalaman,
dan hadiah yang didapat bermanfaat. Selamat juga untuk BEM dan panitia POLYMER
atas suksesnya acara, semoga lebih sukses untuk polymer tahun depan, lebih
banyak peserta dan lebih meriah. Salam mahasiswa!
Sabtu, 25 Mei 2013
PEMENANG LOMBA CERPEN
PENGUMUMAN
PEMENANG
LOMBA CERPEN LPMF- LINGKAR SE-KABUPATEN JEMBER
Dalam
Rangka Dies Natalis Fakultas Farmasi Universitas Jember
Kategori SMA
Juara 1 : Annisa Nurul Pratiwi Sudarmadi (Kayuhan Kaki Si Mbah)
Juara 2 : Neesrina Mafaza Suroyya (Renta)
Kategori Mahasiswa
Juara 1 : Dwi Puspita Sari (Rindu Pelangi)
Juara 2 : Imam Suwandi (Mawar Putih)
Ketentuan;
Pemenang di harap datang pada malam
INAGURASI FARMASI 2013 untuk penyerahan hadiah pada ;
-
Sabtu, 25 Mei 2013
-
Pukul
19.00 WIB
-
Di Fakultas Farmasi UJ
NB:
harap membawa kartu identitas dan bukti pembayaran pendaftaran cerpen
SELAMAT ^^
Selasa, 07 Mei 2013
Diesnatalis Fakultas Farmasi Universitas Jember ke-10
Tepat tanggal 7 Mei 2013 kemarin genap sepuluh tahun usia kampus kita tercinta. Sudah banyak karya dan jasa yang diberikan. Memperingati dies natalis farmasi ke-10 ini banyak acara dari BEM dan berbagai UKM untuk ikut memeriahkan. Salah satu acaranya yakni jalan sehat dan lomba-lomba yang diadakan kemari, 14 Mei 2013. Jalan sehat dibuka oleh bu Dekan tercinta dengan pemotongan balon. Rute jalan sehat dimulai dari farmasi, melewati PSIK, FKG, Kedokteran, FTP, Laboraturium MIPA, PSSI, FISIP, depan Ekonomi, Hukum, bundaran Double Way, masjid Kalijaga, dan kembali lagi ke farmasi.
Setelah berkeringat, langsung ada hiburan yang diisi oleh berbagai dosen dan karyawan. Tidak hanya itu, tapi juga ada doorprize TV LG LED. Di samping itu ada juga nominasi-nominasi, mulai dari dosen terdisiplin, dosen terfavorit, teknisi terfavorit, karyawan terfavorit, dan mahasiswa terpopuler dari tiap angkatan. Mahasiswa populer dari angkatan 2009 dimenangkan oleh kak Adhya Pramono (kak Boem), 2010 ada kak Alief Rizky (pesiden BEM), 2011 ada Habibi, dan 2012 ada Tsabit (ketua panitia dies natalis). Lalu dosen terfavorit ada pak Dwi Koko Pratoko, dosen terdisiplin ada pak Eka Deddy Irawan, teknisi terfavorit mbak Ike, dan karyawan terfavorit pak Sukri.
Selan ada nominasi, juga ada berbagia lomba antara lain lomba tarik tambang, lomba measukkan paku dalam botol, lomba balap karung, dan lomba "nyunggi tempeh". Serangkaian lomba diikuti oleh dosen, karyawan, teknisi, dan mahasiswa. Acara berlangsung sangat meriah sampai siang hari. Lalu setelah lomba ada F-Factor Competition yang berupa acara penampilan bakat dari UKSM Essensi. Kompetisi ini diikuti oleh mahasiswa dari tiap angatan mula dari 2009 ampai 2012. Bakat yang ditampilkan bermacam-macam, mula dari menyani, menari, sampai bermain alat musik. Tiga besar terbaik akan tapil pada inagurasi, 25 Mei nanti.
Minggu, 05 Mei 2013
Minggu, 28 April 2013
MARI MERIAHKAN ACARA DIES NATALIS FAKULTAS FARMASI UJ YANG KE 10
"SATU DEKADE FARMASI BERKARYA"
opening ceremony: 7 mei 2013 (bakti sosial dan doa bersama anak yatim)
jalan sehat : 14 mei 2013 , dengan berbagai macam perlombaan seru, dan tentunya ada dorprize yang luar biasa......informasi lebih lanjut hubungi :
opening ceremony: 7 mei 2013 (bakti sosial dan doa bersama anak yatim)
jalan sehat : 14 mei 2013 , dengan berbagai macam perlombaan seru, dan tentunya ada dorprize yang luar biasa......informasi lebih lanjut hubungi :
Rabu, 24 April 2013
Gebrakan
baru asmef peduli farmasi….!!
Apa
yang baru dilakukan oleh mahasiswa Farmasi UJ baru-baru ini?
Mahasiswa
farmasi angkatan 2011 membuat gebrakan baru, yaitu menyumbang tempat sampah
yang diletakkan di berbagai penjuru kampus Farmasi Universitas Jember. Hal ini
sontak mendapat perhatian dari berbagai kalangan mahasiswa maupun civitas
akademik lainnya. Sebenarnya, yang menjadi pertanyaan adalah kenapa tiba-tiba
tergerak untuk melakukan hal ini?
Ini
adalah sebuah hal kecil yang mampu merubah hati semua aspek. Karena apa? Karena
tidak semua orang mampu melakukan ini. Paling tidak, dengan adanya gebrakan ini
seluruh warga farmasi mengerti, memahami dan lebih mencintai lingkungan
sekitar. Misalnya saja, membuang sampah pada tempatnya dan menjaga seluruh asset
yang kita miliki.
Ada
apa gerangan yang membawa mahasiswa Farmasi angkatan 2011 (asmefUJ) membeli dan
menyumbang tempat sampah untuk kampus kita? Setelah ditanya kepada salah satu
mahasiwa Farmasi angkatan 2011, habibi menjawab “sebenarnya gak ada rencana
mbak. Tapi, kemarin pas praktikum bioteknologi di laboratorium biologi ada
bapak-bapak jualan tempat sampah. Terus, kit reflex aja sumbangan terus beli
tempat sampah itu. Habis gitu kita letakkan di berbagai kampus farmasi.” Jika ditanya
mengenai apa harapan kalian setelah melakukan hal ini? Habibi pun menjawab “kita sebagai fakultas kesehatan, disamping kita hanya
belajar tentang obat ini itu, penyakit ini itu, tapi juga bisa peka terhadap
lingkungan terutama mengenai kebersihan kampus yang juga berhubungan dengan
kesehatan. diharapkan semua pihak dan penghuni kampus bisa turut berkontribusi
dalam menjaga kebersihan lingkungan kampus demi kenyamanan dan keindahan.”
Melakukan hal kecil dapat merubah apapun di sekitar kita. Jika
tidak dimulai dengan hal kecil kapan kita dapat melakukan hal besar? Jika kita
tidak melakukan perubahan kapan kita akan melakukan perubahan?
Ayo, tanamkan pada diri kita, bahwa untuk melakukan suatu
perubahan tidak perlu sesuatu yang besar, melainkan sesuatu yang bisa
bermanfaat untuk orang lain. Berlajarlah mencintai lingkungan kita. Belajarlah menjaga
lingkungan kita. Belajarlah mengembangkan lingkungan kita. Jaya farmasi….!!
Langganan:
Postingan (Atom)