Sabtu, 30 Juli 2016

APPS 2016 Dongguk University Korea Selatan



 
 
Delegasi ISMFARSI Indonesia

Pada bulan Juli lalu telah berlangsung kegiatan APPS 2016 yang diselenggarakan IPSF (International Pharmaceutical Student’s Federation). Kegiatan tersebut berlangsung di Dongguk University, Ilsan , Korea Selatan dan diikuti oleh 350 mahasiswa farmasi se-Asia Pasifik dari 12 Negara di antaranya Australia, Indonesia, Jepang, Malaysia, Singapura, Thailand, New Zealand, Taiwan, Algeria, Sudan, Turki, Korea. Event tahunan yang diadakan selama sepekan (9-15 Juli 2016) tersebut terdiri dari berbagai kegiatan seperti, Symposium dan workshop yang terfokus pada praktik kefarmasian dan kampanye mengenai topik kesehatan yang berbeda-beda. Dengan tema “No Smoking”, APPS Korea 2016  juga diwarnai dengan berbagai perlombaan seperti PCE (Patient Counseling), Public Health Poster Competition, Scientific Poster Competition, CSE (Clinical Skill Event) Jeopardy dan individu.
Sebagai salah satu negara yang ikut berpartisipasi, Indonesia turut mengirimkan delegasinya. Di bawah naungan ISMAFARSI, Indonesia mengirimkan 27 delegasinya yang berasal dari seluruh Indonesia. Pada kesempatan ini, salah satu mahasiswi Fakultas Farmasi UNEJ ikut andil menjadi delegasi indonesia di APPS 2016. Mahasiswi berprestasi tersebut adalah Liya Sanjaya dari angkatan 2014. Sebelum terpilih menjadi salah satu delegasi dari Indonesia, Liya harus memenuhi beberapa persyaratan seperti membuat CV dan Motivation Letter, pernah berpartisipasi dalam kegiatan ISMAFARSI, dan harus berkomitmen mengikuti lomba yang diselenggarakan. Selain itu calon delegasi diharuskan memiliki kemampuan bahasa Inggris yang cukup baik serta mampu aktif dalam kegiatan tersebut.
Terdapat beberapa kesulitan yang dialami Liya saat akan menjadi delegasi Indonesia dalam program APPS tersebut. Liya kesulitan dalam mencari sponsor karena dia hanya seorang diri dari Universitas Jember, sehingga saat pengajuan proposal sponsor hanya kemungkinan kecil diterima. Liya mengatakan bahwa jika ingin memungkinkan dapat sponsor harus bergabung dengan universitas lain. Dia juga menyarankan untuk pencarian dana APPS bisa dilakukan dengan 4-5 orang. Masalah lainnya adalah poster competition yang awalnya ingin diikutinya secara individu. “Mengingat saat itu ada kegiatan yang mendesak sehingga saya tidak fokus untuk mengerjakannya, akhirnya saya join dengan teman saya dari Universitas Brawijaya dan Universitas Udayana. Namun terdapat kendala saat mengerjakannya karena kami hanya berdiskusi jarak jauh tapi Alhamdulillah kami mendapat Best Design Poster.” Selain itu kendala dalam mengurus visa juga sulit karena Liya menggunakan jasa travel dan memakan waktu yang lama. Tapi berkat antusiasme Liya yang cukup besar pada acara tersebut semua masalah satu per satu dapat terlewati.
Menginjakkan kaki di negara ginseng merupakan pengalaman pertama bagi Liya dan kawan-kawan sehingga perlu melakukan adaptasi. Liya dan delegasi lainnya mendapat sedikit kendala dalam berkomunikasi karena panitia dari Korea tidak semua fasih berbicara bahasa Inggris dan kadang aksen bahasa inggris dari negara yang berbeda sulit untuk dipahami. Selain itu sangat jarang penduduk korea yang bisa berbahasa inggris sehingga saat  membeli sesuatu di minimarket mereka sering menggunakan bahasa isyarat agar karyawannya mengerti. Selain kendala bahasa, mereka juga mengalami kesulitan dalam menemukan makanan halal karena mayoritas makanan Korea mengandung babi. “Karena sulitnya mencari makanan halal, akhirnya kami seminggu makan sayur dan nasi saja. Hal itu membuat saya rindu masakan Indonesia ketika disana,” ujarnya.
Dengan adanya keikutsertaan berbagai negara dalam program ini, tentunya ada perbedaan kebudayaan dan kebiasaan yang dirasakan oleh para delegasi tidak terkecuali Liya. Menurutnya selain perbedaan utama dari segi bahasa, tapi juga perbedaan cara bersikap. Teman-teman disana sangat ramah kepada siapapun dan mudah untuk diajak bertukar informasi mengenai negaranya. Dan lingkungan di korea sangat bersih sekali dan teratur. Transportasi yang digunakan adalah subway dan bus karena masih tergolong murah. Menurut penuturan Liya, pabrik farmasi yang dikunjunginya (Yuhan Corporation) sangatlah modern dan alat yang digunakan sangat canggih, para karyawannya semua dari farmasi. Namun sayangnya, tenaga farmasi asing tidak dapat bekerja disana karena yang bekerja disana hanyalah farmasis korea yang telah berlisensi. Dari kegiatan ini Liya juga mengetahui Samsung telah mendirikan Biopharmaceutical dimana Indonesia belum termasuk dalam negara kerjasamanya. Namun ada pabrik farmasi Daewoong yang sudah kerjasama dengan Indonesia, letaknya di Jakarta dan surabaya. Cerita lain yang Liya sampaikan, temannya dari Australia mengatakan bahwa di negara nya yang mengonsumsi rokok sangat jarang karena harga rokok sangatlah mahal. Dan masyarakat Australia juga percaya kepada apoteker karena jika sakit mereka berkunjung ke apotek dulu sebelum ke dokter. Beda hal nya dengan Thailand yang masalah praktik kefarmasiannya mirip dengan Indonesia yaitu seperti kurangnya patient counseling di apotek.
Dari serangkaian kegiatan yang telah diikuti, yang paling berkesan baginya adalah saat kampanye anti rokok dengan mengelilingi taman kota sambil membawa poster berisi tulisan korea yang artinya No Smoking. Disana mereka juga melakukan Flashmob dan menyediakan games dengan hadiah vitamin. Terlihat masyarakat antusias menyaksikan kegiatan itu walau terkendala masalah bahasa juga. Selain itu, kegiatan lain yang tak terlupakan baginya adalah saat international night karena disana semua negara memakai pakaian khas negara dan terdapat stand stand makanan yang menyajikan makanan khas negara tersebut yang bisa dicicipi secara gratis. Acara tersebut ditutup dengan flashmob bersama untuk menjalin keakraban.
 
Kampanye Anti Rokok  
Banyak hal positif yang Liya dapatkan dengan mengikuti APPS 2016 ini diantaranya menambah wawasan baru tentang dunia kefarmasian, dapat berjumpa dengan teman-teman yang luar biasa menginspirasi. Tak lupa Liya juga menyampaikan harapannya agar perwakilan dari Universitas Jember lebih banyak lagi agar Universitas Jember lebih dikenal lagi di kalangan luar. Apabila semakin banyak yang ikut maka akan mudah dalam mencari dana dan memenangkan lomba. Liya juga berpesan agar jangan takut untuk berbahasa dan bersosialisasi dengan orang luar karena disana kita sama sama belajar. Disana kita memiliki akses untuk memperoleh informasi pekerjaan dari perusahaan farmasi.  Dengan penuh semangat Liya menyampaikan, “Pengalaman yang tak ternilai akan kalian dapatkan dalam APPS ini. Sekali kalian ikut pasti kalian ingin mengikutinya lagi. Keluarlah dari zona nyaman kalian dan dengan mengikuti APPS kalian tidak akan merasa menyesal masuk farmasi ! Break your limits.” [at]